Berbicara mengenai benih maka bayangan kita langsung tertuju pada biji tanaman tertentu. Memang tidak salah bahwa benih secara umum berbentuk biji tetapi berbicara benih dalam arti luas merupakan bahan tanaman untuk perkembangbiakan baik berupa biji botanis, organ vegetatif (umbi, bibit, stek, cangkok, anakan dll) maupun produk bioteknologi seperti planlet hasil kultur jaringan. Benih juga merupakan produk pembawa teknologi, karena melalui benih pula produk pemuliaan tanaman (plant breeding) diperbanyak dan disebarluaskan. Sehingga kita sekarang masih bisa menikmati hasil pangan yang cukup untuk kehidupan, dengan rasa yang enak, nutrisi yang mencukupi untuk tumbuh dan berkembang dll. Pada bahasan kali ini, saya lebih fokus pada benih yang berupa biji botanis (true seed).
Seperti pada mahkluk bernyawa lainnya, tanaman pun memproduksi kembali benih/biji dengan tujuan untuk mempertahankan kelestarian spesiesnya dan menghasilkan individu baru yang beragam. Benih/biji yang diproduksi tersebut sesungguhnya adalah ovule yang sudah masak setelah dibuahi beserta komponen penyusunnya.
Mirip seperti proses terbentuknya manusia, benih (true seed) berasal dari proses polinasi (penyerbukan) antara polen (jantan) dengan kepala putik (betina) yang diikuti dengan perkecambahan pollen dan pembentukan tabung pollen, yang memasuki kantong embrio (gamet betina) di dalam ovari. Selama pertumbuhannya tabung pollen mengalami pembelahan secara generatif membentuk 2 inti sperma yaitu microsporangium yang akan mengalami pembelahan secara meiosis (2n) yang menghasilkan 4 microspora yang haploid (1n) dan megasporangium yang akan mengalami pembelahan secara meiosis (2n) yang menghasilkan 4 megaspora yang haploid (1n) kromosom. Biasanya hanya satu dari mega spora yang muncul menjadi embrio sedang 3 lainnya akan gugur (abort). Selanjutnya membelah menghasikan 8 inti. Kemudian bergabungnya satu gamet jantan dengan sel telur akan menghasilkan zigot dan kemudian berkembang menjadi embrio dan terjadi akumulasi cadangan makanan dan akhirnya menjadi biji/benih. Sedangkan sperma yang lain bergabung dengan inti polar (membentuk 3n / triploid) di dalam kantong embrio untuk membentuk jaringan endosperma yang pada akhirnya menjadi testa (kulit biji/benih)
Begitu sempurnanya proses pembentukan benih tersebut. Mulai dari terbentuknya organ reproduksi kemudian dilanjutkan adanya bunga jantan dan bunga betina sehingga terjadi polinasi. Pertanyaan berikutnya, bagaimana polen bisa dengan sendirinya jatuh ke kepala putik?? lalu berkembang menjadi zigot, embrio dan menjadi biji/benih?? siapa yang mengaturnya??
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang- pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS 13:3)
Ulama islam jaman dulu seperti Al Kindi mngatakan al haqq al qawwal (kalau ada yang benar, tentu ada yang benar pertama). Yang Benar Pertama dalam penjelasan Al-Kindi tersebut tidak lain adalah Tuhan. Sedangkan menurut Ibnu ‘Arabi, bahwa alam semesta itu hakekatnya “mengenal” Allah SWT, dan alam memahami status dirinya di depan Tuhan. Maka kita melihat bahwa apa pun yang mewujud di alam ini sejatinya memandang kepada Sang Pencipta. Hal ini merupakan sebuah “kesadaran” dan sebuah “kecerdasan” dari alam. Bagaimana jika tanaman ingkar terhadap ketetapan hukum Tuhan??? pastinya ilmu fisiologi tanaman, agronomi, plant breeding, maupun seed science tidak akan berkembang sebegitu pesat saat ini.
Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira (QS 30:46).
Sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus bii (QS 2: 261).
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (QS 6:99).
Maka terangkanlah kepadaku tentang benih yang kamu tanam, Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya, Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang (QS 56:63-65)
Mempelajari ilmu benih hakekatnya adalah usaha untuk mencari kebenaran dan mendekati kebenaran yang mutlak (Tuhan). Bagaimana angin dan serangga bisa membantu polen sampai kepada kepala putik agar proses penyerbukan terjadi. Siapa yang menggerakkan angin dan serangga tersebut?? Demikian juga proses benih menjadi kecambah juga diawali melalui proses imbibisi (masuknya air kedalam benih) sehingga bisa mengaktivasi enzim dan memulai proses perkecambahan. Siapa pula yang mengadakan air tersebut??
Oleh karena itu dalam surat Al Waqi’ah, Allah bertanya kepada manusia, siapa yang menumbuhkan benih yang kamu tanam?? Tentulah pertanyaan ini untuk menyindir manusia yang cenderung berbangga dengan ilmu dan keahliannya sehingga merasa dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang ada dibumi ini.
Contoh lain dalam sebutir benih terdiri dari kotiledon, embrio, hipokotil, plumula dan radikula. Struktur yang demikian juga merupakan struktur yang sangat sempurna. Jika salah satu bagian tersebut tidak ada maka tidak akan tumbuh menjadi individu tanaman. Kotiledon berfungsi sebagai cadangan makanan, karena pada fase awal tentu benih membutuhkan energi agar radikula dan hipokotil bisa menembus kulit benih. Begitu juga fungsi kulit benih sebagai pelindung benih dari kondisi lingkungan luar. Secara fisik saja sebutir benih itu kelihatan mati/tidak bergerak, padahal jika diteropong secara sub atomik maka tampak penuh dinamika, penuh kehidupan, masing-masing partikel bergerak pada orbitnya, memiliki energi, mereka hidup dalam ketundukannya masing-masing, mereka senantiasa melihat kepada Penciptanya dan mereka mengerjakan itu demi ridha-Nya. Oleh karena itu benih disebut juga miniatur kehidupan atau tanaman mini dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Tiap-tiap sesuatu bekerja menurut caranya (orbitnya) masing-masing, maka Rabbmu mengetahui siapa-siapa yang lebih benar jalannya (huwa ahda sabiila)...(QS 17:84)
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS 6:95).
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah (QS 2:115).
Begitulah Allah berfirman dalam Al Quran, bahwa dimana kita memandang, maka disitu akan ditemukan wajah Tuhan bagi kaum yang meyakini. Dalam sebutir benih pun kita bisa melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Dari sebutir benih itu pula kita belajar menjadi hamba yang patuh, tunduk, dan ikhlas terhadap perintahNYA. Dari sebutir benih pula, seorang peneliti/pemulia tanaman bisa menyebarluaskan kebaikan kepada seluruh mahkluk yang bernyawa baik manusia maupun hewan ternak. Memang sesungguhnya Tuhan itu menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia, tetapi kitalah yang sering menyia-nyiakan ciptaanNYA.
Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa ‘adzaa bannaar
(Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka).