home

Kamis, 15 September 2011

Sebutir Benih: Di situ ada wajah Tuhan


Berbicara mengenai benih maka bayangan kita langsung tertuju pada biji tanaman tertentu. Memang tidak salah bahwa benih secara umum berbentuk biji tetapi berbicara benih dalam arti luas merupakan bahan tanaman untuk perkembangbiakan baik berupa biji botanis, organ vegetatif (umbi, bibit, stek, cangkok, anakan dll) maupun produk bioteknologi seperti planlet hasil kultur jaringan. Benih juga merupakan produk pembawa teknologi, karena melalui benih pula produk pemuliaan tanaman (plant breeding) diperbanyak dan disebarluaskan. Sehingga kita sekarang masih bisa menikmati hasil pangan yang cukup untuk kehidupan, dengan rasa yang enak, nutrisi yang mencukupi untuk tumbuh dan berkembang dll. Pada bahasan kali ini, saya lebih fokus pada benih yang berupa biji botanis (true seed).
Seperti pada mahkluk bernyawa lainnya, tanaman pun memproduksi kembali benih/biji dengan tujuan untuk mempertahankan kelestarian spesiesnya dan menghasilkan individu baru yang beragam. Benih/biji yang diproduksi tersebut sesungguhnya adalah ovule yang sudah masak setelah dibuahi beserta komponen penyusunnya.
Mirip seperti proses terbentuknya manusia, benih (true seed) berasal dari proses polinasi (penyerbukan) antara polen (jantan) dengan kepala putik (betina) yang diikuti dengan perkecambahan pollen dan pembentukan tabung pollen, yang memasuki kantong embrio (gamet betina) di dalam ovari. Selama pertumbuhannya tabung pollen mengalami pembelahan secara generatif membentuk 2 inti sperma yaitu microsporangium yang akan mengalami pembelahan secara meiosis (2n) yang menghasilkan 4 microspora yang haploid (1n) dan megasporangium yang akan mengalami pembelahan secara meiosis (2n) yang menghasilkan 4 megaspora yang haploid (1n) kromosom. Biasanya hanya satu dari mega spora yang muncul menjadi embrio sedang 3 lainnya akan gugur (abort). Selanjutnya membelah menghasikan 8 inti. Kemudian bergabungnya satu gamet jantan dengan sel telur akan menghasilkan zigot dan kemudian berkembang menjadi embrio dan terjadi akumulasi cadangan makanan dan akhirnya menjadi biji/benih. Sedangkan sperma yang lain bergabung dengan inti polar (membentuk 3n / triploid) di dalam kantong embrio untuk membentuk jaringan endosperma yang pada akhirnya menjadi testa (kulit biji/benih)
Begitu sempurnanya proses pembentukan benih tersebut. Mulai dari terbentuknya organ reproduksi kemudian dilanjutkan adanya bunga jantan dan bunga betina sehingga terjadi polinasi. Pertanyaan berikutnya, bagaimana polen bisa dengan sendirinya jatuh ke kepala putik?? lalu berkembang menjadi zigot, embrio dan menjadi biji/benih?? siapa yang mengaturnya??
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang- pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS 13:3)
Ulama islam jaman dulu seperti Al Kindi mngatakan al haqq al qawwal (kalau ada yang benar, tentu ada yang benar pertama). Yang Benar Pertama dalam penjelasan Al-Kindi tersebut tidak lain adalah Tuhan. Sedangkan menurut Ibnu ‘Arabi, bahwa alam semesta itu hakekatnya “mengenal” Allah SWT, dan alam memahami status dirinya di depan Tuhan. Maka kita melihat bahwa apa pun yang mewujud di alam ini sejatinya memandang kepada Sang Pencipta. Hal ini merupakan sebuah “kesadaran” dan sebuah “kecerdasan” dari alam. Bagaimana jika tanaman ingkar terhadap ketetapan hukum Tuhan??? pastinya ilmu fisiologi tanaman, agronomi, plant breeding, maupun seed science tidak akan berkembang sebegitu pesat saat ini.
Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira (QS 30:46).
Sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus bii (QS 2: 261).
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (QS 6:99).
Maka terangkanlah kepadaku tentang benih yang kamu tanam, Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya, Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang (QS 56:63-65)
Mempelajari ilmu benih hakekatnya adalah usaha untuk mencari kebenaran dan mendekati kebenaran yang mutlak (Tuhan). Bagaimana angin dan serangga bisa membantu polen sampai kepada kepala putik agar proses penyerbukan terjadi. Siapa yang menggerakkan angin dan serangga tersebut?? Demikian juga proses benih menjadi kecambah juga diawali melalui proses imbibisi (masuknya air kedalam benih) sehingga bisa mengaktivasi enzim dan memulai proses perkecambahan. Siapa pula yang mengadakan air tersebut??
Oleh karena itu dalam surat Al Waqi’ah, Allah bertanya kepada manusia, siapa yang menumbuhkan benih yang kamu tanam?? Tentulah pertanyaan ini untuk menyindir manusia yang cenderung berbangga dengan ilmu dan keahliannya sehingga merasa dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang ada dibumi ini.
Contoh lain dalam sebutir benih terdiri dari kotiledon, embrio, hipokotil, plumula dan radikula. Struktur yang demikian juga merupakan struktur yang sangat sempurna. Jika salah satu bagian tersebut tidak ada maka tidak akan tumbuh menjadi individu tanaman. Kotiledon berfungsi sebagai cadangan makanan, karena pada fase awal tentu benih membutuhkan energi agar radikula dan hipokotil bisa menembus kulit benih. Begitu juga fungsi kulit benih sebagai pelindung benih dari kondisi lingkungan luar. Secara fisik saja sebutir benih itu kelihatan mati/tidak bergerak, padahal jika diteropong secara sub atomik maka tampak penuh dinamika, penuh kehidupan, masing-masing partikel bergerak pada orbitnya, memiliki energi, mereka hidup dalam ketundukannya masing-masing, mereka senantiasa melihat kepada Penciptanya dan mereka mengerjakan itu demi ridha-Nya. Oleh karena itu benih disebut juga miniatur kehidupan atau tanaman mini dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Tiap-tiap sesuatu bekerja menurut caranya (orbitnya) masing-masing, maka Rabbmu mengetahui siapa-siapa yang lebih benar jalannya (huwa ahda sabiila)...(QS 17:84)
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS 6:95).
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah (QS 2:115).
Begitulah Allah berfirman dalam Al Quran, bahwa dimana kita memandang, maka disitu akan ditemukan wajah Tuhan bagi kaum yang meyakini. Dalam sebutir benih pun kita bisa melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Dari sebutir benih itu pula kita belajar menjadi hamba yang patuh, tunduk, dan ikhlas terhadap perintahNYA. Dari sebutir benih pula, seorang peneliti/pemulia tanaman bisa menyebarluaskan kebaikan kepada seluruh mahkluk yang bernyawa baik manusia maupun hewan ternak. Memang sesungguhnya Tuhan itu menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia, tetapi kitalah yang sering menyia-nyiakan ciptaanNYA.
Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa ‘adzaa bannaar
(Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka).

Minggu, 04 September 2011

Musuh besar itu bernama Hawa Nafsu

Melihat berbagai macam kejadian dan fenomena akhir-akhir ini, seperti kasus korupsi mafia pajak, pejabat negara, penipuan usaha, maupun yang baru terjadi akhir-akhir ini yaitu penggelapan dana nasabah, menjadikan kita berkesimpulan sementara tampaknya ada sesuatu yang bermasalah yang ada pada diri manusia. Mungkin secara tidak sadar sebenarnya diri kita juga mengalaminya/melakukan kesalahan tersebut meskipun dalam eskalasi yang tidak terlalu spektakuler seperti kasus tersebut. Jika dikaji secara sederhana dari teori Maslow, yang menjadi pertanyaan mendasar, apakah yang belum mereka miliki sehingga masih termotivasi untuk terus melakukan tindakan memperkaya diri?? Padahal dari sudut pandang gaji sudah cukup besar sehingga kebutuhan dasarnya sudah lebih dari tercukupi, status sosial yang sudah mapan, kehormatan diri dan keluarga juga sudah diraihnya dengan nilai kekayaan yang diatas rata-rata masyarakat, bahkan mungkin eksistensi dan pengakuan akan kecerdasan dan kepintarannya juga sudah diperolehnya. Ternyata ada satu hal yang mungkin luput dari teori kebutuhan tersebut, yaitu hawa nafsu atau secara umum bisa dikatakan sebagai hasrat (desire). Pada tulisan ini saya akan mencoba membahas hawa nafsu sebagai sumber perbuatan tercela.
Hakekat Hawa Nafsu
Hawa nafsu (desire) merupakan kecenderungan jiwa kepada sesuatu yang bersifat imaterial (pengakuan diri, kehormatan, pujian, kepuasan) maupun material (wanita, anak, harta benda, hewan peliharaan, lahan dll(1)) yang semuanya cenderung mengarah kepada kejahatan (2). Oleh karena itu Tuhan banyak mengingatkan kita agar mengendalikan hawa nafsu tersebut dan tidak mengikuti serta cenderung padanya. Banyak orang yang sudah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan kedua sehingga terjerumus pada berbagai bentuk kesesatan dan kejahatan (3). Bahkan ada ulama yang mengemukakan bahwa ‘barangsiapa mengira mempunyai musuh yang lebih kejam dibanding nafsunya, berarti ia masih sedikit mengenal dirinya sendiri’ (4). Hal ini mengindikasikan bahwa hawa nafsu itu merupakan musuh yang nyata dalam diri kita tetapi tidak kelihatan sehingga susah dikendalikan. Bahkan hawa nafsu yang terlalu dituruti bisa menjadi motivator handal untuk melakukan kejahatan, serta mampu merubah jiwa yang dulunya baik menjadi buruk, maupun dulunya adil menjadi dhalim.  Mengapa demikian??
Menurut beberapa ilmuwan psikoanalisa, hawa nafsu itu berbentuk keinginan/hasrat yang berubah seolah-olah menjadi kebutuhan (need) yang tidak akan pernah bisa terpenuhi/terpuaskan, karena hasrat ini akan selalu direproduksi dalam bentuk hasrat yang lain. Gilles Deleuze dan Felix Guattari menyatakan sebagai desire machine sebagai istilah untuk menjelaskan reproduksi  ‘perasaan kekuarangan’ (lack) dalam diri secara terus menerus(5). Sehingga Manusia yang menjadikan nafsu sebagai tuhannya, akan senantiasa melihat sesuatu obyek yang belum ada pada dirinya atau belum dia miliki. Sebagaimana teori ekonomi yang menyatakan bahwa keinginan manusia itu tidak ada batasnya sedangkan kemampuan dan sumberdayanya terbatas maka dari itu kita disuruh memilah antara keinginan dan kebutuhan. Tetapi jika semua keinginan berubah bentuk menjadi kebutuhan maka yang terjadi kebutuhan hidupnya tidak akan pernah tercukupi dan terpuaskan.
Semakin dituruti hawa nafsu tersebut, maka kebutuhan hidupnya akan berubah wujudnya menjadi bentuk yang lain dan begitu seterusnya. Dengan kata lain tidak ada nafsu/hasrat untuk sesuatu yang sama / untuk sesuatu yang telah dimiliki. Karena desire machine akan terus berreproduksi selama manusia tidak mampu mengendalikannya. Oleh karena itu mengapa ajaran agama mengajak kita untuk senantiasa bersikap Qonaah (puas dengan apa yang ada) agar kita bisa terlepas dari perangkap nafsu tersebut.
Sejarah perbuatan dosa yang disebabkan hawa nafsu
Imam Ghazali, juga menyatakan sumber semua fitnah, penyesalan, kehinaan, kerusakan, dosa, dan bahaya yang terjadi pada mahkluk Tuhan baik mulai dari permulaan diciptakannya mahkluk sampai nanti hari kiamat adalah hawa nafsu. Awal mula terjadinya maksiat kepada Tuhan adalah dari Iblis. Sedangkan sebab kemaksiatan Iblis itu adalah sesudah adanya ketetapan Tuhan mengenai hawa nafsu. Kesombongan dan kedengkian hawa nafsu itulah yang menjerumuskan Iblis kedalam kesesatan, padahal sebelumnya Iblis adalah mahkluk Tuhan yang mulia yang sejajar dengan malaikat dan selalu beribadah menyembah Tuhan. Karena dahulunya di alam sana tidak seperti didunia, sehingga belum ada mahkluk lain dan juga setan(6). Tetapi nafsu itulah yang membuat Iblis menjadi sombong dan dengki kepada Adam yang menjerumuskannya menjadi mahkluk yang sesat (7).
Kemudian, Kesalahan yang terjadi sesudah itu adalah dosanya Adam dan Hawa. Kedua orang ini juga dijerumuskan oleh kesenangan nafsu kedalam perbuatan ingkar dari perintah Tuhan. Karena hawa nafsunya ingin hidup selamanya di surga, dan ditambah pula dengan bujukan Iblis menyebabkan keduanya harus keluar dari surga firdaus menuju kehidupan didunia yang penuh kesulitan dan bersifat fana ini. Hal inilah yang menyebabkan anak turunnya termasuk kita sekarang ini juga harus berjuang hidup didunia yang penuh dengan tipuan dan kesenangan yang semu(8)
Perbuatan dosa selanjutnya terjadi melalui kisah Qabil dan Habil. Penyebab Qabil membunuh Habil saat itu adalah nafsu yang mendorong kedengkian dan kekikiran (9). Kemudian dilanjutkan tragedi Harut dan Marut. Penyebab melorotnya derajat kedua orang itu juga karena menuruti kesenangan nafsu syahwat. Demikian peristiwa demi peristiwa maupun tragedi demi tragedi akan terjadi seterusnya didunia ini sampai kiamat kelak(6).
Dijaman sekarang ini dimana produk/obyek-obyek konsumsi (mobil, HP, laptop, rumah, pesta, gaya hidup) begitu mengalir dengan deras dan seakan-akan tidak ada putus-putusnya semakin menegaskan bahwa hawa nafsu/hasrat tidak akan pernah terpenuhi oleh yang namanya obyek-obyek tersebut. Berbagai macam produk yang ditawarkan, brand yang menarik hati, maupun citra gaya hidup yang datang dan pergi silih berganti hanya menciptakan persepsi dan penyakit jaringan yang tumpang tindih. Penyakit inilah yang sering disebut sebagai Skizofrenia.
Penyakit ini menyebabkan setiap waktu manusia hanya akan mengkonsumsi produk maupun citraan baru untuk menegaskan esksitensi dirinya yang seakan-akan merasa telah mengikuti perkembangan jaman. Jaman seperti inilah yang dulu pernah diperingatkan oleh Nabi SAW tentang akan tiba suatu jaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut, sedangkan kehormatan mereka hanya benda semata-mata, kiblat mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah harta emas dan perak. Mereka adalah mahkluk Tuhan yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan disisi Tuhan (10).
Hawa nafsu sifatnya deteritorial artinya ia tidak akan pernah mau menetap pada teritorial (kepuasan) yang telah dikuasainya. Ia akan terus melakukan tipu daya dan ritual pencarian yang tak pernah tiada akhirnya.  Kondisi seperti ini yang juga menyebabkan seluruh energi yang kita punyai hanya akan terpusatkan untuk pelayanan hawa nafsu tersebut. Kalau dulu Rene descartes mengemukakan filsafatnya ‘co gito ergo sum’ (Aku berpikir maka aku ada), yang menurutnya hakekat manusia terletak pada pikirannya, maka dengan era kebudayaan yang dikuasai hawa nafsu sekarang ini, bisa jadi istilah tersebut berubah “aku berganti, maka aku ada”. Karena cermin diri seseorang bukan lagi kaca yang bisa membentuk banyangan sesungguhnya, tetapi cerminnya adalah masyarakat penonton. Oleh sebab itu, istilah ‘aku berganti’ sangat lah cocok untuk menggambarkan kehidupan di era konsumerisme sekarang. Seperti seorang narsistis tidak akan pernah dapat hidup tanpa penonton, karena narsis hanya berkembang dikalangan sesama narsis pula. Coba saja kita narsis dikamar sendirian, tentu tidak akan bertahan lama.
Dalam diri yang dikuasai hawa nafsu, juga menyebabkan nilai-nilai yang sifatnya spiritual akan terpinggirkan dan bahkan hanya sebagai simbol yang kuasai oleh nafsu pula, seperti adanya istilah islam KTP dsb. Hawa nafsu akan cenderung kepada hal-hal yang bersifat amoral dan jika ada sesuatu yang bersifat ajakan moral, maka dalam struktur tubuhnya akan mengalami penolakan seperti masuknya virus penyakit/bakteri asing dalam tubuh yang menyebabkan tubuh akan membentuk anti bodi tertentu. Otaknya akan terus bekerja dengan mengandalkan rasio secara maksimal untuk membantah dengan segala bentuk rasionalitas yang seakan-akan juga merupakan kebenaran pula (11). Nabi SAW juga telah memperingatkan kepada umatnya tentang bahayanya hawa nafsu yang dituruti sebagai sesuatu yang bisa membinasakan (12).
Strategi pengendalian hawa nafsu
Disamping potensi bahaya yang ditimbulkan, pada hakikatnya Tuhan menganugerahkan hawa nafsu kepada manusia adalah sebagai suatu rahmat. Karena derajat manusia bisa lebih tinggi melampaui malaikat ketika dia bisa mengendalikan nafsunya, tetapi juga derajat manusia bisa lebih rendah dari Iblis ketika dia tidak mampu menguasainya. Inilah anugerah yang patut disyukuri sekaligus dipikirkan. Tentunya Tuhan tidak ingin menjerumuskan manusia kepada kesesatan, oleh karenanya disamping menganugerahkan nafsu, maka manusia juga dianugerahi akal (aql) dan hati (qalb). Dua instrumen inilah yang diharapkan mampu berkolaborasi menjadi jenderal dalam aktivitas keseharian kita baik beribadah maupun bekerja.
Imam Ghazali berusaha memberikan strategi untuk mengendalikan hawa nafsu ini, cara pertama adalah mendidik dan menguatkan nafsu sebagai pendorong melakukan setiap kebaikan, sedangkan cara kedua adalah melemahkan dan menahan nafsu sampai batas tertentu tanpa berlebihan, dan cara ketiga adalah memohon pertolongan kepada Tuhan dengan melakukan ibadah secara istiqomah agar kita bisa terbebas dan terlepas kepada jeratan nafsu.
Menurut Al Ghazali, mendidik dan menguatkan hawa nafsu bisa dilakukan dengan cara membiasakan kita untuk mengingat Tuhan (dzikrullah) melalui kebiasaan melakukan berbagai aneka kebajikan. Kesadaran keberTuhanan akan membawa pemahaman bahwa hidup didunia ini hanya sementara dan tidak kekal.  Sehingga dengan senantiasa mengingat pemutus kenikmatan hidup yaitu kematian, maka akan membawa suasana hati kita untuk selalu mengorientasikan segala aktivitas kehidupan kepada Tuhan dan untuk mendapatkan ridloNYA.
Sedangkan cara kedua yaitu melemahkan hawa nafsu bisa dilakukan dengan melakukan berbagai ibadah yang memang tidak disukai hawa nafsu. Kata Al Ghazali, hawa nafsu itu ibarat kuda binal, sehingga untuk melemahkannya perlu dengan mengurangi makanan kesukaannya. Salah satunya bisa melalui memperbanyak puasa dll. Cara yang terakhir yaitu memohon pertolongan Tuhan, karena nafsu sendiri adalah mahklukNYA sehingga ia juga akan tunduk kepada Tuhan, agar hawa nafsu tersebut bisa berubah dari nafsu yang mendorong kepada kejahatan menuju nafsu yang dirahmati Tuhan (2). Tentang keutamaan melawan hawa nafsu, Ibnul Qayyim mengemukakan sesungguhnya melawan hawa nafsu bagi seorang hamba melahirkan kekuatan di badan, hati, dan lisannya.
Oleh karena itu marilah kita semua senantiasa berjuang secara terus menerus mengendalikan hawa nafsu selama ruh masih ada di jasad, sehingga kita bisa terhindar dari segala macam kejahatan yang ditimbulkannya. Insya Allah

Wallahualam bi showab
Catatan kaki:
1.   QS 3:14 (Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diinginkan (syahawati), berupa:  wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak  dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik)
2.      QS 12:53 (Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafs itu cenderung mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafs) yang diberi rahmat oleh Tuhan-ku)
3.     QS 45:23 (Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya)
4.      Syekh Muhammad Nawawi. Nashooihul ‘Ibad
5.      Yasraf Amir. Hiper-Realitas kebudayaan
6.      Imam Al Ghazali. Minhajul Abidin
7.   QS 2:34 (Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir)
8.      QS 6:32 (Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa)
9.  QS 5:30 (Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi)
10.    HR. Ad dailami
11.    QS 23:71 (Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya)
12.    HR. Ath-Thabrani dan Anas